Minggu, 07 November 2010

Berikut adalah kenang-kenangan dari Ibu Yoyoh Yusroh, anggota DPR RI, yang bergabung dalam konvoi Viva Palestina 5 masuk ke Jalur Gaza:

6 Oktober 2010
Alhamdulillah,  peserta konvoi Viva Palestine 5 mewakili KNRP dari Indonesia,  yang terdiri dari  Yoyoh dari Adara, Sylvi dari Salimah, Pipik dari UJ Center, dan Aqil dari JS UGM, telah bergabung bersama peserta Viva Paleatine 5 tadi pagi sebelum subuh. Kami membawa 2 mobil Toyota Land Cruiser dan Mitsubishi  Pajero  yang  keduanya berwarna putih  dan akan kami serahkan kepada masyarakat Gaza, serta bantuan lainnya  yang telah kami beli di pasar induk dan pasar Alhamidiyah dekat Masjid Umawiyah Damaskus.


Bantuan yang diberikan  berupa minyak goreng, minyak samin,  susu untuk anak,  dan alat tulis:  buku tulis, pensil,  penghapus, ballpen, tas sekolah,  baju untuk anak laki-laki dan perempuan, pakaian bayi dan lain lain.  Kami bergabung dengan  peserta dari berbagai negara lainnya. Menurut panitia, Abu Umar, wakil ketua  panitia yang tinggal di syria  mewakili Zahir, saat ini sedang berada di Damascus dengan Goerge Galloway untuk bernegosiasi dengan kedutaan Mesir agar peserta konvoi dapat segera meninggalkan Latakkia Suriah,    menuju El-Arish, Mesir. 

Menurut kabar terakhir malam ini, peserta konvoi lainnya dapat memasuki El-Arish, kecuali Goerge Galloway. Tetapi kami semua berharap agar George Galloway tetap ikut serta bersama kami.  Saat ini peserta yang berada di Ramallah camp terdiri dari 35 negara, 375 relawan, 253 mobil dengan berbagai macam bantuan kebutuhan masyarakat Gaza. 

Peserta konvoi masih menunggu keputusan panitia untuk keberangkatan ke El-Arish, dan malam ini kami mendapat suguhan yang menarik dari panitia berupa nasyid-nasyid perjuangan. Hal menarik lainnya yang ada di sini adalah keikutsertaan masyarakat sekitar dalam menyambut kami . Hal ini disebabkan karena banyak dari mereka adalah penduduk asli Palestina asal Ramallah,dan camp mereka diberi nama El-a’idin(orang yang ingin kembali). Sebagai contoh, kami Yoyoh, Sylvi, dan  Pipik baru saja dijamu oleh Ibu Lina asal Haifa dengan jamuan makan malam ala Palestina dirumahnya.  

Dan nampak  terlihat bahwa mereka adalah keluarga yang sangat menghargai tamu sesuai anjuran Rasulullah” Man kaana yu’minu billahi wal yaumil akhiri fal yukrim dhoifahu…barang siapa yang ber iman kepada Allah dan hari akhir maka mulyakan tamunya….(yoyoh y)
 
Tanggal 6 Oktober 2010, Latakia, Syria
Hari ini adalah hari kedua kami di Latakia, Syria. Alhamdulillah, hari ini lebih kondusif dan lebih produktif daripada hari sebelumnya, karena hari ini banyak kegiatan yang kami lakukan, di antaranya adalah shalat berjamaah dengan anggota konvoi dari berbagai negara yang mayoritas beragama Islam. Begitu terasa nikmatnya karena dapat melakukan shalat berjamaah di lapangan terbuka yang biasanya kita hanya melakukannya di dua waktu, Idul Fitri dan Idul Adha, akan tetapi kali ini kami melakukannya untuk shalat lima waktu. 


Tidak ada yang menghalangi kenikmatan untuk melakukan shalat bersama-sama di lapangan dengan beralaskan rumput, layaknya suasana darurat. Kegiatan lain yang kami lakukan adalah mengikuti rapat bersama panitia pada pukul 12.30, mendengarkan informasi tentang hasil negosiasi panitia dengan kedutaan Mesir di Syria, yang hasilnya masih belum ada perubahan dan perkembangan seperti kemarin. 

George Galloway mengatakan, beliau tidak menganggap masalah dengan pemerintah Mesir, akan tetapi masalah utama adalah dengan pemerintah Israel yang melakukan kejahatan kemanusiaan yang luar biasa terhadap saudara kita di Palestina. Untuk itu, George menyerahkan kepemimpinan kepada Kevin (salah seorang panitia dari Inggris) dan memberikan arahan kepada konvoi untuk taat kepada aturan panitia dan senantiasa menjaga ketertiban di manapun berada supaya masyarakat Gaza terkesan dengan peserta konvoi. 

Kemudian acara dilanjutkan dengan sambutan dari Kevin yang mengatakan bahwa konvoi akan sangat berarti ketika konvoi dipimpin langsung oleh George Galloway dan kalau ini terjadi, berarti hal ini merupakan prestasi besar bagi pemerintah Mesir. Kevin juga berharap seperti harapan George tentang ketertiban. Adapun alasan George tidak bisa ikut rombongan adalah disebabkan pada Viva Palestina 4 kemarin, beliau dideportasi oleh pemerintah Mesir. Acara tersebut diakhiri pada pukul 13.30. Berikutnya kami (peserta Perempuan Viva Palestina5) mendapat undangan makan dari Ir. Lina di daerah pegunungan yang sangat nyaman dan disuguhkan hidangan khas Syiria. Acara itu hanya berupa ramah tamah dan menikmati pemandangan yang indah di belakang rumah beliau. 

Malam harinya kami mengikuti acara rapat umum yang dihadiri oleh George Galloway kembali dan masyarakat umum dengan acara orasi dari berbagai Negara peserta VP 5. Dari negara teluk diwakili oleh Jordania, benua Afrika oleh Aljazair, Eropa oleh Irlandia dan Inggris, dan dari Asia diwakili oleh Indonesia yang kali ini diwakili oleh Ibu Sylvia dari Salimah yang menyampaikan kesan pesannya. 

Hal menarik yang disampaikan oleh George pada orasinya yang dipesankan khusus untuk ditulis oleh wartawan adalah, "kenapa pemerintah Mesir melarang saya untuk mengikuti konvoi melalui El-Arish, padahal saya adalah orang yang beriman pada hari hisab dan nanti saya dan Mubarok akan dihisab kelak oleh Tuhan dan Tuhan tidak akan menanyakan kepada saya, apa yang Mubarok lakukan, akan tetapi Tuhan akan menanyakan apa yang saya lakukan”. Sampai malam ini panitia menyatakan belum jelas waktu keberangkatan, apakah hari Jumat atau Sabtu, yang pasti kita diminta untuk senantiasa bersedia.

8 Oktober 2010
Hari ketiga di Latakia, kami rasakan lebih baik dari hari-hari sebelumnya, Alhamdulillah. Hal ini disebabkan  karena kami sudah banyak mengenal saudara-saudara kami sesama relawan Viva Palestina dan sudah banyak mendapat informasi. Hanya saja, ada satu hal yang membuat kami sedih. Mobil Pajero yang gagah, mulus dan nyaman yang pada awalnya kami akan berikan untuk masyarakat Gaza ternyata tidak dapat kami bawa. Hal ini karena adanya pengumuman dari panitia yang mengatakan bahwa yang diperbolehkan untuk dibawa adalah mobil berjenis ambulance. Oleh karenanya kami memustuskan untuk mengganti mobil Pajero kami dengan mobil ambulance, seperti yang lainnya. 


Perlu diketahui  bahwa ada juga beberapa Negara peserta Viva Palestina 5 kali ini yang membawa peserta wanita antara lain, Malaysia dengan membawa 6 ambulance dengan 12 pengemudi, dua diantaranya wanita. Negara Teluk membawa 54 mobil Hyundai dengan jenis van yang dibeli oleh mereka di Jordan, 9 diantara mereka adalah wanita. Aljazair membawa 122 orang, 7 diantaranya wanita. Jordania membawa 108 orang dan 9 diantara mereka adalah wanita. Dan Indonesia yang diwakili oleh 4 orang dan 3 orang diantaranya adalah wanita. Mereka semua sangat antusias, begitu pula dengan panitia seperti Carol dari Inggris yang begitu ramah, Pipi dari Itali, Julie dari Irlandia, dan Amati dari Amerika. Menurut panitia ada sekitar 400 orang yang siap untuk berangkat menuju blokade Gaza.

Informasi tersebut kami peroleh saat berbincang-bincang dengan peserta dari negara lain, karena hari ini selain ada pertemuan rutin, juga ada acara khusus wanita yaitu Ladies Programme dimana kami saling berkenalan untuk menyebutkan nama, usia, alamat, profesi, dan tujuan mengikuti konvoi. Acara yang menarik ini dirancang oleh panitia perempuan. Ternyata kami dari berbagai negara muslim dan non muslim memiliki satu tujuan untuk membebaskan Gaza dari blokade dan membebaskan Al-Aqsha dan Palestina.

Terkait dengan waktu keberangkatan kami dari Latakia, masih belum mendapat kepastian, karena saat pertemuan rutin tadi siang yang dihadiri oleh Abu Badar - seseorang yang expert dalam konvoi dari Inggris - menyatakan hasil negosiasinya. Ia mengatakan bahwa kami semua pastinya ingin cepat berangkat dan sampai di Gaza, akan tetapi sampai saat ini kami belum bisa menyampaikan kapan kami bisa berangkat. Kami hanya bisa berharap agar semua peserta bersabar walau kami yakin bahwa saat-saat menunggu seperti ini tetap bernilai ibadah, dan cobalah bandingkan dengan penantian kita dengan penantian saudara-saudara kita disana yang untuk menunggu dibukanya blokade Gaza.

Semoga kami dapat tetap istiqomah untuk menunggu dengan penuh kesabaran dan semoga Allah memberikan kemudahan untuk konvoi agar dapat segera berangkat ke El-Arish menuju Gaza. Karena kami juga ingin sekali bertemu dengan rekan-rekan kami yang sudah sampai di El-Arish terlebih dahulu yaitu Ust. Muqoddam - KNRP, Agung - Salam UI, Helvi Tiana Rosa - FLP, Septi - Ummi, Ramadhian - Detik.com, Shoddiq - TVONE dan juga perwakilan dari BSMI.

9 Oktober 2010

Latakiya diguyur hujan sejak dini hari Jumat ini. Kami melaksanakan sholat Qiyamul lail di ruang pertemuan terbuka dengan sebelas rakaat, dua kali ganti imam, imam pertama membacakan ayat-ayat jihad dengan bacaan gaya Syaikh Qusyairi, sedangkan imam yang kedua membaca surat Adz-Dzariyat sampai selesai  dan diakhiri dengan witir dengan doa qunut dan doa lain yang sangat panjang yang ditujukan untuk kemudahan perjalanan dan membebaskan Al-Aqsho dan Palestina. Setelah Shalat Subuh ada kuliah Subuh yang disampaikan oleh salah seorang dari peserta dengan materi yang bagus diantaranya ia mengingatkan bahwa semua peserta dalam ribath, penantian saat ini adalah penantian yang bernilai ibadah di negeri para Sahabat ini, diantaranya sahabat Abu Darda, takoh historis Shalahuddin Al-Ayyubi, Al-Auzai dan lain-lain. Kemudian acara dilanjutkan dengan pembacaan dzikir ma’tsurat

Pukul 10.00 waktu setempat, diselenggarakan rapat tim pengarah yang meminta semua peserta untuk terlibat dalam memindahkan barang-barang yang diletakkan di lapangan terbuka. Nampaknya panitia tidak mengantisipasi datangnya hujan sehingga banyak barang yang basah terkena air hujan. Akhirnya setelah shalat Jumat kamipun turun memiindahkan barang dan mensortir barang yang basah dan yang kering, mengganti kardus basah dengan kardus yang baru atau dimasukkan kedalam plastik. Kami peserta wanita mendapat tugas memindahkan obat dari kardus yang basah ke dalam kardus yang kering. Ada satu catatan ke depan agar panitia penghimpun bantuan lebih selektif dalam menerima bantuan obat-obatan, karena kenyataan yang kami dapatkan bahwa ada beberapa obat obatan yang sudah kadaluarsa atau mendekati expired date seperti akan berakhir pada bulan Desember atau Januari 2011,  bahkan saya dapatkan juga banyak obat obatan sample, bukan yang paten…

Setelah makan siang kami diminta untuk berkumpul di tempat pertemuan untuk mendengarkan pesan dari Khalid Misy’al yang inti pesannya adalah untuk melanjutkan perjuangan karena tidak mungkin kita membiarkan kejahatan Israel terhadap kemanusiaan di Palestina khususnya di Gaza saat ini. Kalau peserta konvoi dilarang masuk Gaza berarti Israel bukan hanya melakukan kejahatan terhadap Palestina saja, melainkan Israel juga melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap peserta konvoi dari berbagai negara yang ingin memberikan hak hidup yang layak bagi sudaranya.

Setelah teleconference dengan Khalid Misy’al, kami diundang untuk mengikuti diskusi dengan nara sumber Abu Nazzal (Abu Barra) yang memberi informasi tentang apa yang dilakukan HAMAS untuk kemerdekaan Palestina, dan kami dari berbagai negara mengemukakan berbagai hal tentang apa yang kami lakukan untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina. Ketika penulis menyatakan tentang upaya HAMAS membina hubungan baik dengan negara minoritas Muslim Asia seperti di China dan Jepang, beliau mengatakan belum terbina, tapi beliau menyebut peran Mahatir Mohammad dan umat Islam di Indonesia yang sering memberikan dukungan moral. Alhamdulillah, beliau tidak menyebut dukungan material dari masyarakat Indonesia yang kali ini belum maksimal.

Sore hari ketika kami ingin membeli keperluan keluar camp, ternyata baru saja ada pengumuman bahwa semua peserta di larang keluar camp dan diminta untuk meletakkan mobil-mobil di tempat yang sudah diatur oleh panitia. Setelah beberapa saat kami mendengar dari pengeras suara agar semua peserta dan masyarakat setempat untuk menyambut kedatangan konvoi mobil dari Al-Jazair. Subhanallah, merinding rasanya ketika melihat iring-iringan mobil yang baru saja dijemput oleh peserta konvoi dari Al-Jazair dengan menggunakan sirine. 


Empat puluh mobil baru Hyundai yang mereka pesan dari Jordania dan baru saja diturunkan dari kapal. Penulis sempat  bertanya kepada peserta asal Al jazair, apakah ini bantuan pemerintah Al- jazair. Beliau menjawab bahwa ini bantuan dari beberapa LSM di Aljazair yang peduli  dengan perjuangan Palestina….Malu rasanya sebagai peserta dari negara Muslim terbesar hanya mampu membeli tiga mobil dan hanya terealisasi dua mobil karena yang dapat ikut konvoi dari Syria hanya empat orang, sedangkan yang lain menunggu di El-arish Mesir….semoga konvoi-konvoi berikutnya dari Indonesia bisa membawa lebih banyak lagi bantuan untuk saudaranya yang sedang terpenjara dan terjajah. (Yoyoh Yusroh)

10 Oktober 2010
Hari Sabtu, kegiatan kami seperti biasa, qiyamul lail, shalat subuh berjamaah mendengarkan kultum, yang isinya bahwa bekal perjalanan ada dua, bekal pertama ma’ruf, kita semua telah mengetahui apa yang kita bawa untuk mengikuti acara ini, ada bekal lain yang harus kami siapkan dan terus diperbaharui yaitu bekal ruhiyah, bekal ma’nawi sebagaimana Allah mengatakan bahwa “Berbekallah kamu, dan bekal perjalan terbaik adalah Taqwa”. Ketaqwaan adalah bekal perjalanan terbaik, ada lagi bekal yang lebih khusus untuk mempermudah keberangkatan kita ke Gaza. Yang pertama adalah melipat gandakan beramal sholeh dengan terlibat aktif dalam mengikuti semua mata acara di sini, termasuk mengikuti rapat,membersihkan ruangan, membuang sampah pada tempatnya, dan lain-lain. Melaksanakan Tahajjud, melaksanakan sholat Dhuha, melaksanakan Shalat Jama’ah, memperbanyak wirid, melakukan kebaikan yang tidak tampak dihadapan manusia, dan lain lain.

Setelah rapat rutin dengan informasi seputar persiapan kendaraan dan barang bawaan, semua kendaraan yang ada barangnya dibongkar, dipilah kemudian dimasukkan ke mobil  kembali. Peserta dari Al-Jazair yang paling sibuk menghias mobilnya. Baru penulis sadari bahwa empat puluh mobil yang mereka bawa adalah kontribusi dari berbagai ormas atau lsm disana, misalnya persatuan wartawan Al-Jazair dengan sticker sendiri, organisasi Al-Irsyad sendiri dan ada bantuan yang memang dari masyarakat Al-Jazair

Sore hari pukul 17.00 sore dilaksanakan konfrensi Pers, yang dihadiri oleh media lokal dan internasional. Penanggung jawab untuk acara kali ini adalah saudara Aqil. Kami dan beberapa peserta yang lainnya harus membeli perlengkapan yang masih kurang, diantaranya selimut yang harus kami bawa, mengingat cuaca semakin dingin, dan untuk mengantisipasi cuaca di El-Arish yang kami dengar sangat dingin dan ada kemungkinan kami harus menunggu dengan batas waktu tertentu di pelabuhan untuk mendapatkan hal yang kondusif. Sementara yang terjadi di konferensi pers adalah penyampaian oleh Kevin kepada media-media yang hadir bahwa apapun keputusan dari Mesir terkait kepastian keberangkatan kami akan selalu siap untuk berangkat. Konferensi Pers dimaksudkan untuk menekan pemerintah Mesir untuk segera mengizinkan rombongan untuk memasuki El-Arish.

11 Oktober 2010

Hari Ahad adalah hari yang sebelumnya kami anggap sebagai hari kepulangan kami dari  Gaza, karena menurut  jadwal semula bahwa kami akan berangkat meninggalkan Lattakia menuju el Arish tanggal 5 Oktober untuk mengarungi laut Mediteranian  dan kemudian tiba di pelabuhan El Arish tanggal 7, kemudian masuk Gaza dan tinggal di Gaza selama 2 hari, sehingga tanggal 9 Oktober kami sudah bisa meninggalkan Gaza  dan langsung kembali ke Jakarta, kecuali untuk teman teman yang baru pertama ke Mesir mungkin bisa tinggal di Mesir untuk wisata sejarah, karena banyak obyek wisata yang menarik untuk menambah wawasan di Kairo dan  sekitarnya.

Kenyataan hari ini , kami masih harus melakukan kegiatan rutin yang insyaAlloh semua bernilai ibadah,  dari qiyamul lail, sholat berjamaah, membaca Alma'tsurat kemudian sarapan yang jadwal tetapnya pkl 9 pagi, lebih siang 2 jam dari kebiasaan di Jakarta.

Pukul 10.00 kami diarahkan untuk menyiapkan barang yang akan kami bawa. Kalau kemarin mensortir obat obatan,  hari ini kami  mensortir kotak-kotak basah yang isinya adalah buku tulis, buku bacaan, pencil, krayon, mainan anak dan lain-lain yang kami pindahkan dari kotak basah ke dalam kotak baru. Setelah selesai kami mulai mengeluarkan isi  ambulance kami untuk dimasukan kedalam kotak yang sudah di beri kode, misalnya Ind/stationary, ind/clothing, ind/book, ind/nutrition ind baby clothes, dan lain-lain. Tetapi  sangat disayangkan bahwa ada barang-barang kami yang terpaksa ditinggal seperti minyak goreng dan minyak samin, padahal salah satu permintaan mereka yang sangat sulit didapat di Gaza  adalah barang- seperti ini, karena  kalaupun ada harganya bisa  enam sampai sepuluh kali lipat karena diperoleh melalui terowongan.

Akhirnya diambil keputusan  untuk ikuti saja aturan yang ada, karena daripada memaksakan diri dari sini tapi akan disortir di perbatasan dan akan dimakan oleh yang tidak berhak, maka lebih baik kami tinggalkan barang tersebut di sini untuk diberikan kepada pengungsi Palestina di perkemahan terdekat. Pukul 15.00 pekerjaan selesai. Ketika jam makan siang tiba, kami peserta perempuan makan bersama di taman di dalam camp,  setelah makan ada jadwal pengajian membahas tafsir Fi dzilalil Quran. Pada pukul 17. 00. Panitia mulai memasukkan barang yang sudah siap disortir ke dalam mobil Aljazair, termasuk barang barang sumbangan dari Indonesia, barang yang di masukkan adalah barang- barang yang sudah disesuaikan dengan aturan pemerintah Mesir  yang peraturannya pada saat ini lebih ketat dibanding Viva Palestina sebelumnya. Kalau keberangkatan sebelumnya ada 9 aturan,  saat ini menjadi 16 aturan, diantaranya  jenis mobil, ukuran mobil, panjang lebar dan tinggi tumpukan barang, jenis barang dan macamnya, dilarang membawa cairan termasuk minyak goreng, bahan kimia, makanan tertentu dan lainnya.

Setelah sholat Magrib berjamaah  kemudian  diikuti kultum dan dilanjutkan dengan  Konfrensi Press  yang di pimpin oleh  Kevin wakil George Galloway. Dalam acara ini, ia menjelaskan bahwa besok akan mulai kafilah pertama yang akan  bergerak menuju Pelabuhan Lattakia, insyaAlloh dimulai pkl 11.00,  semua peserta dan masyarakat sekitar diminta hadir untuk melepas keberangkatan kafilah ini.  


Kafilah Al Jazair yang dipilih untuk berangkat pertama dengan empat puluh mobil yang akan membawa bantuan untuk kebutuhan masyarakat Gaza. Bantuan tersebut berupa kebutuhan ibu hamil, menyusui, melahirkan, alat alat sekolah, pakaian dan kebutuhan lainnya yang disesuaikan dengan aturan pemerintah Mesir. Saat wartawan bertanya tentang siapa saja peserta konvoi kali ini, Kevin menjawab bahwa konvoi disertai oleh politisi dari Indonesia, dari Irlandia,  para dokter dari aljazair, Yordan, para insinyur dan tehnisi dari Inggeris dan Yordan, serta aktifis kemanusiaan yang tidak pernah kenal lelah yang sudah mengemudi hampir dua pekan dari London sampai ke Syria. Kevin juga menekankan bahwa konvoi ini juga disertai oleh artis dan wartawan yang semua memiliki satu tujuan “Hentikan blokade Gaza”. Kevin juga menyampaikan bahwa bila pemerintah Mesir mengizinkan George masuk maka ini kemaslahatan bagi pemerintah Mesir, maslahat bagi masyarakat Gaza dan tentu kebahagiaan bagi peseta konvoi. Kalau tidak diidzinkan maka kami tidak mementingkan kepentingan pribadi tapi kepentingan kemanusiaan lebih diutamakan. Di akhir konfrensi pers, peserta dari Al Jazair memulai teriakan  “Syuhada bil malaayin ala gozzah raaihin”.....  (Jutaan syuhada akan datang ke Gaza)....Yang diikuti peserta lain dengan semangat.

Setelah konfrensi pers, acara dilanjutkan dengan penampilan kesenian dari peserta konvoi dan masyarakat sekitarnya. Dari Indonesia, Aqil tampil bernasyid  Panglima Perang dari Album Izzis dengan bahasa Aceh dan mendapat sambutan meriah dari hadirin.....

12 Oktober 2010

Hari ini rencana pemberangkatan kafilah pertama dari Aljazair menuju pelabuhan Latakkia. Suasana gembira terlihat di wajah para peserta, karena diantara kami ada yang sudah menunggu 8 hari  disini. Materi kuliah subuh tertuju kepada peserta dari Al Jazair, walau kami juga dapat menikmatinya.  Diantara yang dikemukakan oleh pemateri adalah bahwa seorang wanita masuk neraka karena menahan seekor kucing sampai mati kelaparan. Saat ini yang terjadi  di Gaza bukan seekor kucing yang ditahan akan tetapi 1,5 juta penduduk Gaza yang sudah lebih dari seribu hari dikurung di sana  tidak diberikan hak hidup layak  seperti manusia pada umumnya.  Israel telah merampas hak hidup mereka, sehingga keberangkatan Kafilah ke sana merupakan kewajiban. Peserta sudah berikhtiar maksimal untuk menolong saudaranya di sana, sekarang tinggal bertawakkal dan berdoa, berdoa dalam kondisi seperti ini merupakan keniscayaan, karena doa yang tulus dapat menolak bala, menolak rencana jahat Israel dan doa bisa melunakkan hati mereka yang mempersulit usaha kita. Selain berdoa adalah ta'awun sesama peserta  dan jangan lupa untuk menghormati, menghargai serta  memuliakan saudara non Muslim...

Pukul 10.00  pagi, kami sudah berkumpul di tempat acara pelepasan, didahului orasi para pejabat Lattakia, di antaranya anggota parlemen Syria asal Lattakia, pimpinan Hamas dan dimeriahkan dengan pembacaan syair dari para penyair setempat juga sumbangan dari para peserta. Syair yang paling menarik disampaikan oleh syekh Abdul Ghani yang mengungkapkan perasaan hatinya dan kekaguman kepada para peserta serta memotivasi peserta untuk maju terus menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim untuk menolong saudaranya yang terdzalimi...ia katakan “anda datang kesini karena iman, anda berlayar di samudra laut  tengah digerakkan oleh Iman, bila sebelum tiba di tempat tujuan anda harus mengalami musibah berupa syahadah maka darah anda yang mengalir di laut  tengah sebagai darah yang penuh berkah dan menjadi penyebab dibukanya pintu Rapah dan Gaza merdeka secara permanen.....

Penyair muda dari Yordan membacakan syair al Haja (ejekan) kepada pemerintah Mesir, ia katakan “berbuatlah semaumu, anda lihat Allah tetap berpihak kepada kami warga Palestin, enam puluh tahun lebih kami disiksa,   dirampas hak kami, namun masih tetap menjadi bangsa yang eksis di muka bumi, jangan lindungi para maling dan kau jadikan sahabat, kau biarkan tetanggamu kelaparan dan tetap merasa hebat,.... malulah wahai pemimpin negri Kinanah (negri para nabi).....”

Ketika pembacaan syair berakhir, konvoi kendaraan peserta dari Al jazair mulai bergerak melewati tempat acara, sehingga kami langsung menghantarkan mereka berbaur dengan masyarakat yang sudah menunggu untuk ikut melepaskan kepergian mereka. Akhirnya dengan sambutan panitia , disaksikan pejabat dan tokoh masyarakat setempat, konvoi dilepas dengan teriakan ....”Bil malayiina Qofilah ila Gozzah Raaihin”........(berjuta kafilah datang ke Gaza)....birruh biddam nafdiika ya Gazzah....(dengan jiwa dan darah kami tebus engkau ya Gaza)....konvoi kendaraan Aljazair sarat dengan bantuan untuk Gaza di antaranya bantuan dari masyarakat Indnonesia....

Selasa, 12 Oktober 2010

Hari Selasa, hari kedelapan kami di camp bersama dengan peserta rombongan Viva Palestina 5 yang lainnya. Awal hari ini, seperti biasa dimulai dengan ibadah Qiyamul Lail berjamaah dilanjutkan dengan shalat Subuh, kemudian kultum singkat yang setelahnya dilanjutkan dengan pembacaan Dzikir Ma’tsurat bersama. Pagi ini tampak jamaah shalat Subuh memenuhi stage tempat kami melaksanakan Shalat Subuh, juga diikuti para peserta dari Aljazair yang mobilnya telah diparkir di pelabuhan Lattakia pada hari sebelumnya. 


Sama seperti hari sebelumnya, kepastian akan keberangkatan masih belum jelas. Kami semua di sini hanya bisa bersabar dan senantiasa terus berdoa agar semuanya diberikan kemudahan oleh Allah. Dalam rapat pagi ini panitia memujuk peserta dari Malaysia yang telah dapat meminta pemerintahnya untuk menghubungi kedutaan Mesir di Kuala Lumpur agar pemerintah Mesir mengizinkan peserta melewati El arisy menuju Gaza. Selesai rapat kami semua peserta dari berbagai negara menghubungi pemerintah kami untuk melakukan komunikasi dengan kedutaan Mesir di negara masing-masing.

Siang harinya, setelah menunaikan shalat Dhuhur dan Ashar secara berjamaah, kami – peserta konvoi kedatangan tamu spesial, beliau adalah Abu Gharra Sultan. Beliau adalah salah seorang Menteri dalam kabinet Aljazair datang kesini untuk memberikan semangat kepada peserta Viva Palestina 5 dan menyampaikan kepada peserta agar tetap bersemangat karena apa yang dilakukan peserta pada saat ini adalah salah satu bentuk kewajiban untuk menolong saudara  kita di Palestina. Abu Gharra yang istrinya juga merupakan peserta konvoi bahkan mengemudikan salah satu mobil yang dibawa oleh rombongan Aljazair dalam konvoi, juga merupakan rais harakat mujtama’ silmy (Pergerakan Masyarakat Damai) di Aljaziar pengganti Mahfudz Nihna. Merupakan sebuah charge semangat tersendiri bagi para peserta karena mendengarkan penuturan dari Abu Gharra siang ini.

Terkait tentang barang-barang bantuan yang akan diberikan kepada saudara-saudara kita di Gaza, hampir semua sudah dimuat ke dalam mobil-mobil yang akan berangkat ke Gaza. Untuk mobil dari Indonesia yaitu ambulance Toyota Land Cruiser, alhamdulillah sudah juga dimuat barang-barang medical equipment berharga mahal seperti alat X-RAY yang merupakan sumbangan yang diberikan oleh rakyat Indonesia untuk rakyat Palestina di Gaza.

Malam hari peserta diberikan beberapa pilihan acara oleh panitia, diantaranya ada penampilan Tim nasyid lokal yang membawakan nasyid sholawat dan lagu perjuangan Rakyat palestina, ada juga pemutaran video perang 22 hari yang diberi nama perang Al-Furqon, serta disediakan juga Televisi bagi yang berminat melihat berita berita lokal atau international

Rabu, 13 Oktober 2010

Hari Rabu ini begitu spesial bagi kami, para peserta konvoi, selain kondisi ruhiyah yang semakin kuat pun juga semangat untuk tetap berharap masuk ke Gaza tidak pernah padam. Di sela-sela penantian keberangkatan yang kian tak menentu ke Arish, kami diberikan suguhan istimewa dari panitia. Hari ini, panitia memberikan layanan istimewa dengan  menyediakan fasilitas bagi peserta untuk berkeliling kota Lattakia untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah di sini. Dimulai pukul 11.00 pagi, peserta disediakan beberapa bus yang telah disewa oleh panitia. Hampir semua peserta ikut dalam perjalanan untuk menghilangkan kejenuhan. Hal ini seperti mendapatkan oasis di tengah padang pasir yang gersang. Selain ke kota kami juga sempat mengunjungi  Jabaleh.

 Jabaleh adalah kota tempat kelahiran Brigade Izuddin El-Qossam, salah seorang  pejuang Hamas yang sangat terkenal, sehigga namanya diabadikan sebagai nama Brigade yang sangat didambakan oleh para pejuang palestina dan  sangat disegani oleh musuh-musuhnya. Selain melewati perkampungan sederhana Izzuddin El-Qossam kami sempat mengunjungi makam Sultan Ibrahim bin Adham seorang ulama Sufi yang sangat masyhur, serta melihat suasan belajar di sekolah yang berada di komplek pendidikannya.  Perjalanan wisata ini berlangsung hingga sore hari menjelang Maghrib.

Keberkahan hari ini makin terasa dengan kabar yang kami tunggu-tunggu terkait  izin masuk dari pemerintah Mesir. Allahu Akbar Walillahi Al-hamd. Kabar yang dinanti-nanti pun tiba. Berawal dari pemberitahuan penghubung antara panitia VIVA PALESTINA 5 dengan kedutaan Mesir di Syria bahwa Pemerintah Mesir sudah mengizinkan konvoi memasuki El Arish, sementara  di Al-Jazeera TV – salah satu saluran TV yang berpengeruh di negeri-negeri semananjung Arab – juga mengabarkan bahwa pemerintah Mesir telah mengizinkan rombonngan Viva Palestina 5 yang hingga kini masih bertahan di Lattakia, untuk bergerak ke Arish. Sore hari tadi menjadi saksi do’a-do’a kami. Do’a-do’a yang telah dilafadzkan dengan penuh kesungguhan hati oleh seluruh peserta. Banyak dari peserta yang langsung memekikkan takbir dan ada pula yang sujud syukur sebagai pertanda rasa syukur atas karunia yang Allah berikan kepada kami.

Kontan saja, Kevin selaku pimpinan konvoi mengatakan dalam forum terbuka sore itu juga, kita harus tetap tenang dan mengikuti prosedur yang ada. Masih banyak yang harus kita lakukan. Paling tidak, beberapa detail harus dilaksanakan. Sekitar 24-36 jam dari saat ini peserta diminta  untuk bersiap-siap dan taat prosedur. Persiapan dimaksud adalah persiapan tehnis terkait dengan penyewaan kapal, penghitungan jumlah muatan barang dan orang yang akan berada didalamnya…

Kabar ini begitu melegakan bagi kita, peserta yang sedang dalam penantian. Alhamdulillah do’a kita terkabul. Dalam beberapa waktu kedapan kami semua akan berangkat ke Gaza, menghantarkan bantuan yang sebelumnya sudah terkumpul sebanyak 5 juta US Dollar.

Kami Tim KNRP (Komite Nasional untuk Rakyat Palestina) yang terdiri dari Yoyoh Yusroh, Aqil Wilda Arief, Siylviani Hamid, dan Pipik Dian Irawati ( isteri Uje) langsung berkoordinasi dan insya Allah siap berangkat bersama VIVA Palestina 5

17 Oktober 2010


Hari ini, Ahad tanggal 17 Oktober 2010, insya Allah adalah hari terakhir kami di Lattakia. Setelah sebelumnya diinfokan bahwa kapal yang akan mengangkut seluruh anggota konvoi Viva Palestina 5 akan membuang sauhnya pada pagi hari ini, tertunda karena beberapa alasan. Adapun beberapa alasan yang menyebabkan tertundanya keberangkatan kapal tersebut adalah karena bertambahnya daftar nama orang yang dilarang masuk ke Gaza oleh pemerintah Mesir. Sebelumnya, yang tidak diperbolehkan masuk ke Mesir hanya George Galloway sebagai pimpinan dari Viva Palestina. Akan tetapi menjelang keberangkatan, dengan alasan yang sedikit aneh dan tidak masuk akal, Mesir menambah daftar nama orang yang dilarang masuk ke Gaza dari seorang saja menjadi 17 orang, termasuk diantaranya nama George Galloway dan juga beberapa nama yang beberapa waktu yang lalu terlibat dalam peristiwa Mavi Marmara, Mei lalu.

Selain itu ada alasan lain yang menjadi tertundanya keberangkatan kafilah Syiryanul Hayah (Konvoi Viva Palestina 5), yaitu alasan cuaca di perairan Mediterania yang menyebabkan tertundanya kapal yang akan membawa kafilah tersebut bertolak dari pelabuhan Lattakia menuju El-Arish. Oleh karena kedua alasan tersebut, maka keberangkatan ditunda menjadi Senin pagi. Tertundanya keberangkatan kafilah Syiryanul Hayah ini tidak disia-siakan begitu saja. Buktinya adalah, upaya panitia yang berusaha untuk menaikkan moral dan semangat peserta dengan menyelenggarakan haflah (pentas seni) malam tadi (16 Oktober 2010).

Tepat pada pukul 12.30 waktu setempat, diselenggarakan konferensi pers kembali untuk mengkabarkan kepada seluruh Dunia terkait tentang keputusan Mesir tentang pelarangan 17 orang untuk memasuki Gaza. Konferensi pers ini begitu istimewa karena dihadiri oleh George Galloway sebagai pembicara utama dalam konferensi pers dan konferensi pers ini sebelumnya didahului oleh pidato penyemangat dari  wakil Biro Politik    Hamas, Dr. Musa Abu Marzuq. Dalam pidatonya, Beliau mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Pemerintah Syiria yang tidak pelit dan mau berbagi kepada sesama, kemudian beliau memberikan penghargaan kepada panitia dan peserta konvoi yang telah sabar menunggu selama dua pekan di camp muasykar Lattakia untuk berangkat ke Gaza dalam rangka berziarah dan memberikan bantuan kepada penduduk Gaza yang tentu mereka sangat menunggu kehadiran saudara-saudaranya. Sementara sikap politik Hamas tetap shumud (kokoh) dalam berjuang melawan kebiadaban Israel dan bersabar dalam semua derita serta selalu berupaya untuk terus berjuang tanpa kenal lelah hingga Palestina merdeka.

George memaparkan beberapa hal dalam konferensi pers. Diantaranya adalah ungkapan ketidak-logisan keputusan yang dikeluarkan oleh Husni Mubarok - Presiden Mesir - ketika menyatakan pelarangan 17 nama untuk memaski Gaza. Disamping sebelumnya, George menyampaikan 17 nama yang dilarang oleh pemerintah Mesir. 17 orang yang tidak diperbolehkan oleh pemerintah Mesir adalah George Galloway sendiri, 5 orang peserta konvoi dari Inggris termasuk didalamnya Zahir, spokesman VP 5, kemudian 2 orang peserta dari Turki, 10 orang dari Jordania, termasuk diantaranya adalah Syaikh Ismail, seseorang yang berusia 83  "Pelarangan ini adalah keputusan yang aneh dan konyol dari seorang Husni Mubarak", papar George. Sikap Mesir ini berbeda sekali dengan apa yang sudah dilakukan oleh Syria. Dan secara personal, George mengharapkan agar Bangsa Arab lainnya juga mengikuti apa yang telah dilakukan oleh pemerintah Syria.

Beberapa alasan yang dikeluarkan oleh pemerintah Mesir terdengar tidak logis dan tidak berdasar. Salah satunya adalah pelarangan hanya karena ada peserta yang menjadi peserta pada konvoi Freedom Flotilla yang selamat dari kekejaman tentara Israel pada tragedi Mavi Marmara, Mei lalu. Hal ini tidak logis dan menambah tendensi yang terbangun bahwa Mesir ada main dengan Israel. Bagaimana tidak, orang yang  selamat dari kebrutalan tentara Israel ketika itu malah dilarang untuk memasuki Gaza. Dari sini terlihat pemerintah Mesir tidak mau membuat malu Israel karena telah mengizinkan orang yang selamat dari perbuatan kejam Israel berhasil tembus ke Gaza.

Selain itu alasan yang tidak berdasar yang diungkapkan oleh pemerintah Mesir adalah beberapa nama yang dilarang tersebut tidak tertera pada list peserta VP5 kali ini. Dan juga kesalahan yang dibuat oleh pemerintah Mesir seperti Aminah dari Inggris yang di sangka isteri George yang juga bernama Amina, padahal George tidak pernah menikahinya, bahkan ia katakan Aminah pun mungkin tidak mau menikah dengannya, ada lagi peserta yang tidak pernah mendaftar dan tidak tercatat oleh Paninitia yaitu  Zaki anggota parelemen Yordan, juga ada peserta warga negara Yordan disangka dari Turki. Sehingga tidak diperkenankan menuju Gaza.

Akan tetapi, walau ketujuh-belas nama itu masih akan dalam proses pe-lobby-an dengan pemerintah Mesir, keberangkatan peserta VP5 lainnya akan tetap pada jadwal yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu Senin pagi pukul 8 .00 menuju pelabuhan Lattakia. Sampai saat ini ketujuh-belas nama yang dilarang tersebut akan terus diperjuangkan untuk dapat membersama rombongan kafilah Syiryanul Hayah 5 untuk memasuki Gaza.

18 Oktober 2010

Rencana keberangkatan kami pagi ini menuju El-Arish tertunda kembali. Penundaan ini terjadi karena pihak pemilik kapal yang berasal dari Yunani dan kapten kapal yang berkebangsaan Ukraina tidak bersedia berangkat apabila barang bawaan (mobil dan bantuan) dan seluruh anggota kafilah berangkat dalam satu kapal yang sama. Padahal dua hari sebelumnya mereka sudah mengatakan bersedia, akan tetapi tanpa diduga sebelumnya, pagi hari tadi ketika kami semua telah siap untuk berangkat, mereka membatalkan dengan tiba-tiba. Alasan mengapa tidak diperbolehkannya kapal mengangkut penumpang dan kendaraan secara bersamaan adalah karena kapal yang sudah dipesan semenjak beberapa hari yang lalu hanya diperbolehkan mengangkut barang saja dengan beberapa orang, tidak  utuk semua rombongan Viva Palestina 5. Alasan lain yang mereka kemukakan karena jalur pelayaran Lattakia – El-Arish adalah bukan jalur pelayaran penumpang, melainkan barang, sehingga kapal yang  diperbolehkan untuk melintas adalah kapal barang.

Atas permasalahan ini, bukan hanya peserta konvoi yang terlihat kecewa, bahkan panitia pun terlihat letih karena negosiasi yang dilakukan dari pagi tadi hingga pukul empat sore tidak ada kesepakatan yang signifikan, sehingga dalam konferensi pers tadi yang dihadiri seluruh peserta dan panitia dan insan media, panitia mengumumkan beberapa kesepakatan yang diambil. Beberapa kesepakatan tersebut adalah kapal akan tetap berangkat dengan seluruh bantuan dan akan dikawal oleh 12 orang panitia yang akan dipilih oleh panitia kelak. Sementara peserta lainnya diusahakan akan berangkat dari Lattakia menuju El-Arish dengan menggunakan pesawat. Hal ini pun masih menunggu kesepakatan dengan pemerintah Mesir.

Dengan kondisi seperti ini ada beberapa analisis yang dilontarkan oleh peserta. Salah satu diantaranya adalah adanya konspirasi internasional yag didalangi oleh Israel untuk menggagalkan Viva Palestina 5. Hal ini menjadi kepedulian  mereka karena setelah peristiwa Mavi Marmara yang pada peristiwa itu, sembilan peserta dari Turki telah menemui syahidnya, belum ada lagi konvoi bantuan dalam jumlah besar yang berani menembus blokade Gaza, karena jika VP 5 berhasil maka akan ada Viva Palestina  selanjutnya.

Dengan kondisi seperti ini, Alhamdulillah kondisi peserta tetap solid dan mampu bertahan di camp, hanya ada dua orang yang pulang,  itupun karena alasan anaknya yang sakit dan orang tuanya yang meninggal. Sementara ada peserta dari Jordania yang orang tuanya meninggal, akan tetapi beliau hanya dua hari kembali ke Jordania dan saat sudah berada bersama kami kembali disini.

Tidak dapat dipungkiri dengan batalnya keberangkatan tadi pagi ada beberapa peserta yang tampak kecewa, namun terobati dengan adanya orasi-orasi penyemangat dan ceramah-ceramah rohani yang disampaikan oleh para syaikh dan ustadz,  karena banyak peserta konvoi yang memang bertindak sebagai ulama, ustadz, anggota parlemen, dosen dan aktivis kemanusiaan yang sudah terikat hatinya untuk sama-sama membebaskan derita saudaranya di Gaza.

19 Oktober 2010

Alhamdulillah, bantuan KNRP sudah  masuk semua malam ini diangkut oleh kapal cargo STROFADES IV dari Yunani. Acara pelepasan tadi dihadiri oleh George Gallowey dari Viva Palestina, Syekh Nazzal dari Hamas, Ahmad Sawarhaleh dari front pembebasan Palestina mewakili Salim Khos dan seluruh peserta dan masyarakat sekitar.

Sebagaimana disampaikan pada pekan lalu bahwa kendaraan pertama yang di letakkan di pelabuhan Lattakia adalah 40 kendaraan dari Al jazair yang telah diisi dengan berbagai bantuan kemanusiaan dari 30 negara peserta konvoi. Untuk saat ini kendaraan konvoi yang akan dimasukan kedalam kapal adalah dari negara lain.Urutan pertama adalah kendaraan panitia, bis penumpang kemudian dari kendaraan bantuan internasional seperti New Zealand, Malaysia, Italia, Perancis, Irlandia, Turki dan Indonesia.
 
Mobil Indonesia dari KNRP adalah ambulance Toyota Land Cruiser yang berisi alat alat kesehatan diantaranya X-RAY dan alat medik lainnya. Sehingga komentar Panitia " ini adalah kendaraan yang isinya esklusif paling mahal diantara yang ada," Alhmadulillah karena kami ingin yang diberikan adalah yang nilai manfaatnya lebih besar dan mudah mudahan juga awet. Mobil ini di kendarai Sylvia Thabrani isteri dari Pak Dite Abimanyu aktifis Salimah di dampingi Yoyoh Yusroh isteri pak Budi Dharmawan mewakili Adara Internasional Foundation, sementara Aqil dari Jamaah Sholahudin UGM putra bapak Wahib Chanbali dan ibu Sri Supadmi dari Bekasi ikut bis penumpang bersama peserta dari negara lain.

Sepanjang perjalanan, masyarakat yang dilewati konvoi menyambut gembira dengan berbagai  yel- yel Viva Palestina, hampir setiap mulut mulut jalan ramai massa menyambut kami dengan gembira dan mengabadikan dengan kamera telepon genggam mereka. Dua wartawan Televisi dari Al Quds dan Syrian TV mewawancarai penulis mengenai konvoi dan sikap pemerintah  Syria. Di pelabuhan telah menunggu Marching Band dari pelajar Sekolah Menengah di Lattakia dan sudah ditunggu oleh masyarakat yang ingin melepas keberangkatan 30 orang terpilih dari peserta konvoi yang semuanya laki laki.  Kevin didampingi empat   belas dari sekuriti, 5 orang Group Al Jazair, 5 orang dari Group Yordan dan 5 dari Group International dan seluruh bantuan kemanusiaanmya

Untuk peserta yang tidak diberangkatkan hari ini, insyaAllah besok sore dengan dua pesawat charter yang telah disewa. Diperkirakan kami yang menggunakan pesawat akan tiba lebih dulu untuk kemudian menjemput kendaraan dan bantuan  yang ada di kapal, Semoga Allah kmelancarkan perjalanan kami.....

Malam ini, Jumat 22 Oktober 2010 kami disambut resmi oleh Ismail Haniyya di Markaz Raszyad Syawa Tsaqofi yang dihadiri oleh seluruh peserta, pejabat Hamas dan masyarakat Gaza. Sebetulnya kami sudah tiba Kamis sore pukul 17.00 di Gaza. Setibanya di Gerbang Rafah kami disambut oleh masyarakat Gaza dari berbagai organisasi di sana. Selain Hamas, ada pula Jihad Islami kemudian Jabhah Sya’bi dan para pemuda serta masyarakat. 


Setelah penyambutan di Gerbang, konvoi menuju Gaza disambut sangat meriah oleh masyarakat dengan berbagai ungkapan penghormatan baik teriakan teriakan maupun bendera serta spanduk berwarna-warni. Masyarakat berjajar sangat rapat , kami hanya di beri space satu kendaraan sampai Ibu Sylvi yang mengemudikan kendaraan berujar, “ngeri juga ya.., mereka terlalu dekat khawatir menyenggol”. Peserta boleh mengungkapkan kegembiraannya dengan bebas berteriak membunyikan klakson, sirene dan sebagainya, juga tidak dilarang untuk melafalkan teriakan-teriakan seperti Gaza Hadiyyah, Ardhul Izzah, Ardhul Mubarokah.

Agenda kami kemarin begitu padat, sehingga membuat kami kelelahan. Kami sudah meninggalkan penginapan di El-Arish sejak pukul 11.00 siang menuju pelabuhan untuk mengambil kendaraan masing-masing. Kami diantar dengan 20 bus yang dikawal ketat oleh pihak keamanan Mesir. Oleh panitia kami diingatkan tidak boleh berteriak, tidak boleh membunyikan klakson, diharuskan diam dan tenang. Kami tidak memahami mengapa pengamanan seperti ini, sampai di sepanjang jalan di berlakukan satu jalur, terutama di pelabuhan setiap 5 meter ada satu tentara, bahkan kendaraan anti huru hara juga disiapkan. Mungkin karena kami datang dari 30 Negara sehingga mendapat pengamanan ekstra.

Pagi ini pukul 09.00 waktu setempat kami sudah berangkat dari penginapan menuju daerah yang terparah mengalami musibah yaitu Burjul Andalus (menara tertinggi di Gaza yang hancur lebur dan belum dapat dibangun kembali), kemudian ke Bait Lahiyya, daerah yang paling dekat dengan pemukiman Israel dan banyak bangunan yang rata dengan tanah kemudian ke Jabalia dan yang lainnya. Rasannya haru sekali melihat saudara-saudara kita yang tinggal dirumah tanpa atap permanen sudah berbilang tahun, juga yang masih sholat Jumat di tenda, betapa biadabnya Israel, pantas kalau kejahatannya tertulis dalam Guinness Book of Record.

Pukul 12.00 kami sholat Jumat di Masjid Asy-Syathiil Kabir yang berdekatan dengan kediaman Ismail Haniyya, di perkampungan nelayan yang kumuh, beliau sendiri yang menjadi khotib dan imam. Subhanallah, perdana menteri hafal Quran ini menjadi khatib dan juga imam Masjid. Lalu kapankah di negeri kita punya pemimpin seperti ini ?. Testimoni dari para tetangganya yaitu kaum mustadh’affin, mereka begitu kagum terhadap Ismail Haniyya yang dikenal di kalangan mereka sebagai Abul ‘Abd, karena anaknya yang pertama bernama Abdussalam dan beliau sangat sayang kepada para tetangganya.

Dalam khutbahnya Beliau mengatakan bahwa keberadaan Kafilah Viva Palestina 5 adalah sebuah kebanggaan kami, karena dengan hadirnya kafilah ini membuat terbukanya mata dunia yang selama ini diam terhadap masalah Palestina. Kedatangan kafilah kali ini menunjukkan kepada Dunia bahwa yang tidak takut dengan pesawat tempur Israel bukan hanya warga Gaza, akan tetapi semua yang hadir di kafilah ini merasakan hal yang sama. “Dan kalian yang hadir di sini adalah yang sudah siap dengan “ihdal husnayain” dan dengan kedatangan kafilah ini membuat masyarakat teringat kembali kepada para Mujahid pembangun negeri ini, seperti Syekh Ahmad Yassin, Abdul Aziz Rantisi, Syekh Abu Syanab, Said Shiyam dan para Mujahid lainnya yang telah mempersambahkan nyawanya demi kemerdekaan Palestina.

Setelah Sholat Jumat, seluruh peserta konvoi beramah tamah bersama beliau di sebuah rumah makan dengan sajian Ma’lubah (semacam nasi kebuli tapi berwarna kuning) dengan minuman ringan tanpa acar, sayur atau buah. Dengan makanan seperti ini kami pun merasa malu karena dijamu dengan sebegitu istimewa oleh sebuah bangsa yang sedang terbelenggu kebebasannya.

Yoyoh Yusroh: Kenangan Ikut Sidang Parlemen di Gaza

Kamis, 28/10/2010 11:30 WIB
 
Berikut adalah kenang-kenangan dari Ibu Yoyoh Yusroh, anggota DPR RI, yang bergabung dalam konvoi Viva Palestina 5 masuk ke Jalur Gaza:

Sebagai peserta Konvoi dari KNRP, ada hal menarik lain selama di Gaza yaitu mengikuti persidangan anggota Parlemen di sana. Bermula pada Jumat malam 22/10/2010 usai penyambutan secara formal kedatangan konvoi VIVA PALESTINA 5, penulis dihubungi anggota Parlemen Palestina Musyier Al Masri yang pernah berkunjung ke DPR RI, ia katakan besok pkl 14.00 ada persidangan di Parlemen dan akan mengundang peserta konvoi yang anggota Parlemen. Ia berharap agar penulis bisa ikut serta dalam acara tersebut. Pagi hari Sabtu ada acara Muktamar Internasional tentang pengungsi, penulis hadir bersama anggota konvoi lainnya, ternyata saat duduk di bangku seminar penulis dipanggil Ahmad yang mengaku sebagai staf Sekjen Parlemen dan meminta kembali penulis untuk hadir dan berbicara beberapa menit tentang Peran Parlemen dalam Masalah Palestina. Untuk menghormati mereka, penulis menyetujui akan hadir sesuai waktu yang ditentukan.

Pukul 14.30 penulis tiba di Gedung Parlemen, telat  5 menit karena menunggu jemputan dari Panitia. Acara telah dimulai di luar gedung di bawah tenda, karena gedungnya termasuk yang menjadi sasaran bom Yahudi pada perang Januari 2009.

Saat penulis hadir, anggota parlemen dari Al jazair sedang bebicara tentang apa yang mereka lakukan di Parlemen. Mereka sangat aktif dalam membela masalah Palestina terbukti mereka sebagai negara terbesar pengirim peserta konvoi 122 orang dengan 40 mobil Hyundai baru dan diikuti oleh belasan anggota Parlemen termasuk Najwa anggota Parlemen, isteri menteri Hukum dan Keadilan. Pembicara keduanya adalah penulis yang juga menceritakan kegitan Kaukus Palestina dan mengungkapkan bahwa Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia mengamanahkan untuk ikut serta mewujudkan ketertiban Dunia dan menghapuskan seluruh penjajahan di atas muka bumi.

Selesai penulis berbicara, anggota Parlemen dari Palestina Jamilah Shanti dan dari Yordania Abdul Fattah bertanya “Kamu belajar Bahasa Arab dimana?” “Bahasa Arab kamu bahasa Arab fusha”. Penulis menjawab,” Dari Ayah dan belajar juga di sekolah”. Penulis mengatakan bahwa penulis  bisa baca tulis bahasa Arab akan tetapi kalau untuk berbicara dalam bahasa Arab harus banyak latihan.  Alhamdulillah tugas telah selesai. Setelah penulis berbicara, anggota parlemen Yordania, Marokko dan Tunisia juga diberikan kesempatan untuk berbicara di parlemen, ternyata diantara mereka ada juga yang membawa tulisan tangan seperti penulis. Alhamdulillah , karena saat melihat pembicara dari Al Jazair dengan lisan dan mengebu gebu. Penulis berpikir  kalau berbicara lisan yang seperti itu, penulis takut, tapi Alhamdulillah akhirnya bisa juga karena penulis yakin dengan ayat-ayat ”Wattaqullah Wayu'allimukumullah” (bertaqwalah kepada Allah, Allah akan mengajarkanmu)

Setelah peserta dari Marokko selesai berbicara, dua orang dari Palestina juga berbicara dan pembicaraannya mendukung apa yang telah kami kemukakan dan keduanya meminta agar pembicaraan kami masuk dalam kesimpulan siding.. Akhirnya pimpinan sidang membacakan kesimpulan dan kami semua dimintai persetujuan. Setelah semua peserta sidang setuju, sidang ditutup oleh DR Ahmad Bahar pada pkl 15.15 menit dan  dilanjutkan dengan makan siang. Semua peserta sidang laki-laki yang berjumlah sekitar 40 orang makan di ruang sidang, sementara anggota perempuan yang hanya bertiga makan siang di ruang istirahat anggota. Bagaimana makanannya? Kami makan ayam isi nasi, bukan nasi dengan ayam seperti kebiasaan kita.....:-) 


Yoyoh Yusroh
Komisi I DPR RI

 Sumber: KNRP 

0 komentar:

Posting Komentar