Senin, 29 November 2010

Para kontestan pemilu Mesir telah menyalurkan aspirasi mereka dalam pileg yang berlangsung pada hari Ahad (28/11) kemarin . Kendati berada di bawah tekanan dan kondisi keamanan yang tidak kondusif, sebagian masyarakat tetap berpartisipasi menyalurkan aspirasinya. Sejak beberapa minggu menjelang pemilu, kondisi keamanan Mesir memang terlihat tak menentu, karena hampir setiap hari terjadi kasus penangkapan. Sedikitnya, sebanyak 100 orang dari pendukung di luar partai penguasa ditangkap setiap hari oleh pihak keamanan Mesir, dan itu dilakukan tanpa memiliki alasan yang jelas.

Ketika hari-H pun kondisi tak nyaman ini juga mewarnai jalannya pemilihan. Tepat pukul 1 siang, ketika TPS dibuka, kelompok oposisi langsung melayangkan aksi protesnya, dikarena utusan dari pihak mereka yang ditempatkan di beberapa daerah pemilihan, dilarang masuk ke dalam ruang panitia pemilu.

Kekerasan juga dikabarkan terjadi dalam pemilu kali ini, diantaranya, tewasnya 2 orang caleg dan cederanya beberapa warga sipil akibat bentrokan yang terjadi di beberapa lokasi TPS. Kendati pemerintah menurunkan ribuan polisinya, namun usaha itu tak banyak membantu melancarkan jalannya pemilu.

Pemilihan sendiri digelar dari pukul 1 siang dan berakhir pada pukul 7 malam waktu Kairo (28/11) dan hasil pemilu akan diumumkan paling lambat Selasa (30/11) sore.

Diantara pengaduan yang disampaikan oleh kelompok opisisi adalah, adanya pendukung mereka yang berada di beberapa daerah dilarang untuk ikut serta dalam pemilihan. Dilaporkan pula akan adanya sekolompok orang tak dikenal yang membawa senjata tajam dan berjaga-jaga tepat di samping beberapa TPS. Potret seperti ini terjadi di propinsi Daqhiliyah, Suhaj, dan di beberapa kota lainnya, keberadaan mereka dinilai bertujuan untuk menekan pendukung partai oposisi.

Menurut data yang diterima oleh pihak Al Jazeera, jumlah peserta pemilu tahun ini meningkat 3%, atau menjadi 25% dari 40 juta warga yang memiliki hak suara.

Kecurangan di TPS
LSM HAM Mesir dalam laporannya menyebutkan, banyak TPS di berbagai propinsi melarang utusan masing-masing caleg dari kelompok Oposisi, Independent dan Al Ikhawanul Muslimun untuk hadir ke TPS guna mengawasi jalannya pemilu.

Sebuah LSM bernama "Asosiasi Pendukung Kebangkitan Demokrasi di Mesir" turut mengadukan nasibnya. Mereka mengatakan, bahwa sebanyak 350 anggotanya yang bertugas sebagai pengawas dalam pemilu tahun ini dilarang masuk ke dalam ruang pemilu.

Aduan lainnya juga disampaikan oleh Panitia Umum Pemilu, tentang dilarangnya beberapa caleg untuk melakukan pencoblosan. Ini terjadi di daerah Asy-Syuraji dan Al Arisy di utara Sinai.

Korban Tewas
Ditengah terjadinya banyak kecurangan dalam proses pencoblosan, di beberapa daerah terjadi bentrokan masif yang menyebabkan tewasnya dua orang caleg. Diantarnya adalah Mr. Najal, caleg dari Mathoriah District. dan seorang lagi dari kota Kamsyisy di propinsi bagian Barat Mesir.

Mendagri Mesir memberikan keterangan tentang korban ini dan mengatakan, bahwa korban pertama tewas karena kasus pribadi dengan seorang wanita, dan korban kedua, tewas karena terkena serangan jantung.

Kantor berita Jerman melaporkan, bahwa pada hari-H pemilu kemarin, pihak keamanan Mesir di Port Said kembali melakukan penangkapan terhadap 75 orang pendukung caleg Al Ikhwanul Muslimun.

Koresponden Al Jazeera yang berada di Iskandariah juga melaporkan, salah seorang caleg Al Ikhwanul Muslimun yang bernama Ahmad Ali mengadukan tindakan dari pendukung caleg Menteri urusan Otonomi Daerah, Letnan Abdussalam yang melakukan penyerangan dan percobaan pembunuhan terhadap dirinya, ketika ia tengah menjalani perawatan di rumah sakit.

Jubir Al Ikhwanul Muslimun menyampaikan aduannya, bahwa di dua kota yaitu Samnud dan Kafruziat di propinsi kawasan Barat Mesir, telah terjadi bentrokan hebat antara pendukung kelompoknya dengan kepolisian setempat, 6 orang dikabarkan cidera dalam peristiwa tersebut.

Hal yang sama juga terjadi di kota Nuwaiba, selatan Sinai. Kelompok dari suku Al Mazinah terlibat bentrok dengan pihak kepolisan, dikarenakan mereka mendapati kecurangan dalam pelaksanaan pemilu kali ini.

Sedangkan di tempat lain, tepatnya di propinsi Suhaj, bentrokan terjadi di kantor polisi setempat, pendukung dari partai Nasional Demokrat melepaskan tembakan sehingga mencederai 3 orang simpatisan dari partai lain.

Pihak Al Ikhwanul Muslimun juga mengadukan bahwa pihak kepolisian Mesir telah menyabotase situs-situs mereka di internet. Ahmad Abdulhafiz, mewakili IM mengatakan kepada AL Jazeera, bahwa kelompoknya akan terus berjuang dalam pemilu kali ini dan berjanji tak akan diam melihat penyalahgunaan wewenang keamanan yang dilakukan oleh pemerintah.

Kelompok Al Ikhwanul Muslimun pada tahun ini menargetkan mendapatkan 30% dari kursi di parlemen, setelah pada pemilu sebelumnya mereka berhasil menguasai seperlima dari total jumlah anggota parlemen yang ada.

Pada pemilu 2010 ini jumlah warga yang memiliki hak untuk memberikan suaranya sebanyak 40 juta orang, dan jumlah caleg yang bersaing sebanyak 5058 orang, baik dari parpol mau pun independent. Mereka memperebutkan 508 kursi di parlemen, 64 kursi diantaranya disiapkan untuk aleg perempuan, yang tahun ini diperebutkan oleh 378 caleg.  (alj)

2 komentar:

bunda syaima mengatakan...

dengar2 dlm pemilu mesir tdk diperbolehkan adanya pengawasan dr LSM2 thd jalannya pemilu?

dan pemerintah dpt sesuka hati menentukan nomor urut caleg?

klo begitu mah, kapan demokrasi bs berkibar?? -_-"

Muhammad Syarief mengatakan...

iya, kabar yg berkembang begitu...jalannya pemilu gak boleh diawasi....pemilu berjalan Curang

iya jg...salah satu caleg yg semula no 16 di pamflet...tiba2 ketika di kertas pemilihan berubah nomor...gila...gak jelas!

hanya bisa berdoa...semoga ada perubahan

Posting Komentar